Makalah Penginderaan Jauh
Monday, January 20, 2020
Add Comment
Berikut ini adalah hasil makalah saya bersama teman kuliah saya yang berjudul "Makalah Penginderaan Jauh".
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah penginderaan jauh tentang klasifikasi terbimbing (Supervised
classification) dengan baik.
Adapun
makalah klasifikasi terbimbing (Supervised classification) ini telah kami
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini.
Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang
dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin
member saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah penginderaan
jauh ini.
Akhirnya
penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini tentang klasifikasi terbimbing
(Supervised classification) ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.
.
Banda Aceh, Desember 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2
Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... ...... 2
2.1
Klasifikasi Citra..................................................................................... 2
2.2 Defenisi Klasifikasi Terbimbing............................................................... 3
2.3
Kriteria Sampel..................................................................... 4
2.4
Sistem atau
Skema Klasifikasi.................................................. 4
BAB III PENUTUP................................................................................................ 6
3.1 Kesimpulan............................................................................................ 6
3.2 Saran...................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................. 7
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Dalam penginderaan
jauh dikenal adanya klasifikasi citra. Klasifikasi secara kuantitatif dalam
konteks multispektral dapat diartikan sebagai suatu proses mengelompokkan
piksel ke dalam kelas-kelas yang ditetapkan berdasarkan peubah-peubah yang
digunakan atau biasa disebut segmentasi (segmentation) (Surati Jaya,
2010).
Klasifikasi
Multispektral merupakan sebuah algoritma yang digunakan untuk memperoleh
informasi thematik dengan cara mengelompokkan suatu fenomena/ obyek berdasarkan
kriteria tertentu. Salah satu contoh hasil klasifikasi multispektral adalah
peta penutup lahan yang memberikan informasi mengenai jenis penutup lahan (
vegetasi kerapatan tinggi yang berasosiasi dengan hutan, semak belukar, tubuh
air, vegetasi kerapatan rendah, lahan terbangun dan lainnya).
Klasifikasi
citra merupakan proses yang berusaha mengelompokkan seluruh pixel pada suatu
citra ke dalam sejumlah class (kelas), sedemikian hingga tiap class merepresentasikan
suatu entitas dengan properti yang spesifik. Klasifikasi citra menurut
Lillesand dan Kiefer (1990), dibagi ke dalam dua klasifikasi yaitu klasifikasi
terbimbing (supervised classification) dan klasifikasi tidak terbimbing
(unsupervised classification).
1.2 Tujuan
Penulisan makalah ini selain
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah penginderaan jauh, juga diharapkan
dapat menambah pengetahuan mengenai penginderaan jauh khususnya tentang klasifikasi
terbimbing (supervised classification) serta
manfaatnya yang diperlukan dalam berbagai bidang.
II. PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi
Citra
Klasifikasi
citra merupakan tahap terakhir dalam pengolahan citra. Proses ini bertujuan untuk
membagi daerah cakupan berdasarkan jenis objeknya dengan cara menginterpretasi
kenampakannya di atas citra dan menyatakannya dengan simbol tertentu. Dari
proses ini dapat dihasilkan suatu peta tematik yang sangat berarti bagi
keperluan perencanaan selanjutnya (Soenarmo,2009).
Proses
pengklasifikasian citra satelit biasa dilakukan secara terawasi (Supervised classification) dan tak
terawasi (unsupervised classification).
Pada metode yang pertama, identitas dan lokasi dari suatu liputin lahan seperti
lahan seperti lahan pertanian, hutan dan perkotaan telah diketahui melalui
pemeriksaan lapangan atau interpretasi dari foto udara. Analisa diarahkan untuk
melokalisasikan tempat spesifiknya di citra dengan mencari sampel areanya (training site). Pemilihan metode yang
cocok untuk penentuan kelas dari piksel tergantung pada sifat dari masukan data
dan keluaran yang diharapkan. Metode yang umum digunakan adalah :
a. Paralel – Epipedum
Metode ini
merupakan metode yang sering diigunakan. Harga rata-rata nilai numerik piksel
dari suatu training site dan harga
titik tengahnya merupakan informasi yang sangat penting. Harga ini didapatkan
dari setiap training site pada setiap
band yang disertakan.
b. Jarak terdekat
Keputusan mengenai kelas setiap piksel didasarkan
pada selisih nilai pikselnya (jarak) terhadap nilai piksel rata-rata kelas yang
diketahui. Jarak cukup dihitung dengan rumus phytagoras.
c. Kemiripan maksimum
Cara ini membandingkan nilai piksel dengan nilai traning site dengan asumsi bahwa sebaran
pikselnya terdistribusi secara normal. Bila kemiripan nilai maksimum, maka
piksel tersebut akan dikelompokkan pada kelas tersebut.
2.2
Pengertian
Klasifikasi Terbimbing / Klasifikasi Terseliab (Supervised Classification)
Proses klasifikasi citra merupakan tahap
terakhir dalam pengolahan citra. Proses ini bertujuan untuk membagi daerah
cakupan berdasarkan jenis objeknya dengan cara menginterpretasikan
kenampakannnya di atas citra dan menyatukannya dengan simbol tertentu. Dari
proses ini dapat dihasilkan suatu peta tematik yang sangat berarti bagi
keperluan perencanaan selanjutnya (Soenarmo, 2009).
Proses klasifikasi multispectral dengan
bantuan komputer masih dapat dibedakan menjadi dua berdasaarkan tingkat
otomatisnya. Salah satunya ialah klasifiaksi terselia (supervised classification, atau klasifikasi terawasi, atau
klasifikasi terkontrol). Klasifikasi terselia meliputi sekumpulan alogaritma
yang didasari pemasukan contoh objek (berupa nilai spektral) oleh operator.
Contoh ini disebut sampel dan lokasi geografis kelompok piksel sampel ini
disebutsebagai daerah kontrol (trainig
area). Sebelum sampel diambilm operator, analis atau pengguna harus
mempersiapkan sistem klasifikasi yang akan diterapkan, seperti halnya
klasifikasi manual. Dua hal penting yang harus dipertimbangkan dalam
klasifikasi ialah sistem klasifikasi dan kriteria sampel. Di samping itu,
alogaritma klasifikasi juga sangat menentukan. Pengambilan sampel secara
digital oleh analis pada dasarnya meerupakan cara melatih komputer untuk
mengenali objek berdasarkan
kecenderungan spektralnya (Danoedoro, 2012).
Perlu juga dipahami di sini bahwa
sebenarnya terdapat kesenjangan persepsi mengenai sampel di antara analis dan
komputer (perangkat lunak pengolahan citra). Ketika analis melihat kelompok
piksel paada citra yang ditampilkan pada layar monitor maka analisi
mengenalinya suatu objek – objek yang sudah diakrabinya, misalnya sungai, laut,
pemukiman, lapangan sepak bola, dan kompeks perumahan. Akan tetapi, perangkat
lunak tidak dapat mengenalinyasecara demikian karena analis mampu mengenaliu
objek tersebut dengan bantuan pengamatan empiris termasuk pengetahuan lokal
mengenai wilayah yang terekam pada citra. Di sisi lain, perangkat lunak hanya
dapat diajari untuk mengenalinya sebagai kumpulan piksel dengan julat nilai
tertentu, kemudian melakukan komputasi statistik seperti misalnya rerata,
simpangan baku, variansi, probabilitas, dan sebagainya. Oleh karena itu,
diperlukan kemampuan untuk menerjemahkan persepsi umum pengguna supaya lebih
mendekati “ persepsi” yang dimiliki oleh perangkat lunak, yaitu sekedar nilai
piksel. Di sinilah arti penting pemahaman konseptual dalam melakukan pengambilan
sampel (Danoedoro, 2012).
2.3 Kriteria Sampel
Sama dengan metode penelitian ataupun
survei yang lain, sampel haruslah homogen. Homogenitas sampel dalam klasifikasi
digital menunjukkan oleh homogenitas nilai piksel pada tiap kelompok piksel
yang dipilih. Artinya, nilai simpangan baku kelompok piksel tiap sampel
haruslah rendah untuk setiap saluran. Cara termudah untuk mengambil piksel –
piksel murni (pure pixel). Pada luasan
yang homogen, pengambilan piksel murni dapat secara mudah dilakukan dengan
memilih piksel dibagian tengah kenampakan objek. Melalui penampilan citra
komposit warna yang baik, homogenitas objek dicerminkan oleh warna yang seragam
(Danoedoro, 2012).
2.4
Sistem atau Skema Klasifikasi
Klasifikasi
multispektral secara langsung hanya dapat diterapkan untuk pemetaan penutup
lahan (land cover), bukan penggunaan lahan. Aspek penggunaan lahan secara
dedukif dapat diturunkan dari informasi penutup lahannya, atau dengan cara lain
melalui pemasukan informasi bantu atau ancirally
data (rotasi tanaman, citra multitemporal, faktor bentuk lahan, dan sebagainya).
Oleh karen itu, skema klasifikasi yang disiapkan harus berisi kelas – kelas
penutup lahan (misalnya padi, jagung, hutan campuran, semak, padang rumput,
lahan terbuka, dan sebagainya); bukan penggunaan lahan (sawah, tegalan, hutan
lindung) karena aspekfungsi ini tidak dapat dipresentasikan secara langsung
melalui nilai piksel, kecuali untuk kasus – kasus khusus (Danoedoro, 2012).
Berikut ini diagram alur proses
klasifikasi secara terselia (supervised
classification) :
Gambar 2.1 Diagram alur
proses klasifikasi secara terselia (supervised
classification) (Modifikasi dari Gao, 2010)
III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa :
1. Klasifikasi citra merupakan kegiatan
membuat hasil kenampakan citra terlihat lebih sederhana, mudah dipahami dengan
mengelompokkan suatu merupakan pixel pada suatu citra ke dalam sejumlah class
(kelas), sehingga setiap kelas dapat menggambarkan suatu entitas dengan
ciri-ciri tertentu.
2. Metode klasifikasi citra dibagi menjadi
dua jenis yaitu kalsifikasi terbimbing dan klasifikasi tak terbimbing.
3. Metode klasifikasi terbimbing yang mana
melalui hasil pengolahan data yang dilakukkan diperoleh nilai akurasi yang
sempurna hal ini menunjukkan tidak ada keterpisahan antara kelas satu dan
lainnya.
4. Dalam
melakukan pengambilan sampel sangat
penting
pemahaman konseptual yaitu sampel haruslah homogen. Homogenitas sampel dalam
klasifikasi digital menunjukkan oleh homogenitas nilai piksel pada tiap
kelompok piksel yang dipilih.
5. Klasifikasi
multispektral secara langsung hanya dapat diterapkan untuk pemetaan penutup
lahan (land cover), bukan penggunaan lahan.
6. Skema
klasifikasi yang disiapkan harus berisi kelas – kelas penutup lahan (misalnya
padi, jagung, hutan campuran, semak, padang rumput, lahan terbuka, dan
sebagainya); bukan penggunaan lahan (sawah, tegalan, hutan lindung) karena
aspekfungsi ini tidak dapat dipresentasikan secara langsung melalui nilai
piksel, kecuali untuk kasus – kasus khusus.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah
dalam pengklasifikasian terbimbing ini harus terhindar dari kesalahan sehingga tingkat akurasi akan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. 2012 Pengantar
Pengunderaan Jauh Digital. ANDI, Yogyakarta
Gao, J. 2010. Digital Analysis of
Remotely Sensed Imagery. McGrawHill, New York
Sirait, A.O. 2011. Tinjauan Pustaka. [terhubung
berkala] http://repository.usu.ac.id. (20
Desember 2016).
Soenarmo,Sri., H. 2009. Penginderaan
Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. ITB,
Bandung
Surati Jaya, I.N. 2010. ANALISIS CITRA DIGITAL: Teori dan Praktik
Menggunakan ERDAS Imagine. Laboratorium Fisik Remote Sensing dan GIS.
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Jika ingin lengkapnya kamu bisa langsung kemari.
Makalah Penginderaan Jauh by Zakiyah on Scribd
Semoga postingan saya bermanfaat, jika kamu ingin menggunakan nya jangan lupa meninggalkan komentar dibawah. -Terimakasih
0 Response to "Makalah Penginderaan Jauh"
Post a Comment